Ranking Blog

Search Engine Optimization

Wednesday, 7 September 2011

Perkembangan Ekspor Indonesia

TUGAS MAKALAH BISNIS INTERNASIONAL
MENGENAI EKSPOR


PERTANYAAN ::
1.   Bagaimana perkembangan Ekspor di Indonesia disertai dengan data-datanya
2.   Bagaimana pemerintah daerah mengembangkan daerah tersebut (sebutkan daerahnya)
















PEMBAHASAN
Kinerja ekspor Indonesia pada 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan 2008 yang dikarenakan adanya penurunan permintaan barang ekspor sebagai dampak dari krisis global yang sangat berpengaruh terhadap permintaan pasar internasional.
Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor tersebut berkelanjutan, kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa. Adapun batas aman nilai cadangan devisa adalah empat bulan ekspor dan pembayaran kewajiban atau kurang lebih US$50 miliar.
Salah satu cara meningkatkan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar, namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar.
Untuk mengantisipasi keberlanjutan penurunan kinerja ekspor, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, antara lain dengan cara memperluas/diversifikasi tujuan negara ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, mencegah impor ilegal, memberikan paket stimulus, memperluas pasar domestik, memperlancar logistik, mengganti produk impor dan adanya regulasi pemerintah.
EKSPOR
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama Januari-Desember 2008 nilai ekspor sebesar US$136,76 miliar meningkat sebesar 19,86 persen
1 Pengamat Perbankan dan Ekonomi
dibanding ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai sebesar US$107,8 miliar atau meningkat 17,16 persen.
Tabel 1.
Ringkasan Perkembangan Ekspor Indonesia,
2005−2008


Sejak Juni 2008, market share ekspor migas mulai mengalami penurunan, sedangkan untuk non migas sebaliknya. Secara kumulatif ekspor selama lima tahun terakhir menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, dan sampai dengan Desember 2008 net ekspor masih positif, walaupun semakin menipis. Penurunan ekspor migas lebih disebabkan menurunnya harga migas di pasar internasional. Sedangkan menipisnya net ekspor juga disebabkan menurunnya harga komoditas dan diiringi penurunan permintaan internasional terhadap produk ekspor Indonesia sebagai dampak melemahnya perekonomian di triwulan terakhir 2008.
Grafik 2.
Perkembangan MarketShare Ekspor (migas –non migas),
2005 2008 (US$ miliar)
Nilai ekspor nonmigas selama setahun terakhir terus mengalami peningkatan, namun jika dilihat dari pertumbuhannya selalu berfluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada bulan November, namun pada akhir tahun 2008 anjlok ke level 21,9 persen lebih rendah dibanding awal tahun. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya harga komoditas di pasar internasional, khususnya beberapa produk pertanian.
Grafik 3.
Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Non Migas, Jan-Des’2008 5.100
Amerika Serikat selama ini tercatat sebagai negara tujuan ekspor kedua setelah Jepang. Pangsa ekspor non migas Indonesia ke Jepang sebesar 12,46%, disusul Amerika Serikat (11,40%), Singapura (9,60%), China (8,53%) dan India (6,24%). Negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama produk non migas Indonesia adalah Malaysia (6,17%), Korea (4,54%) dan Belanda (3,24%). Dengan pangsa pasar 11% tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia khususnya untuk produk yang pasar utamanya ke Amerika Serikat.
Jenis produk Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat beragam, namun diperkirakan yang akan terkena dampak dari krisis keuangan Amerika Serikat adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, furniture, dan elektronika. Oleh karena itu antisipasi terhadap kemungkinan terganggunya ekspor produk tersebut ke Amerika perlu dilakukan oleh pelaku usaha dengan dukungan dari pemerintah.
Jika dilihat dari sektoral, pada 2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang 10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen.
Grafik 4. Struktur Nilai Ekspor, 2007 dan 2008
PROYEKSI EKSPOR
Kinerja Ekspor 10 Kelompok Produk Utama
Saat ini Indonesia memiliki 10 produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masing sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Untuk TPT, produk hasil hutan dan elektronika nilai ekspornya paling tingggi dibandingkan dengan produk lainnya, namun peningkatan ekspornya di tahun 2008 tidak sebesar sawit dan karet. Nilai ekspor TPT Indonesia tahun 2008 (Jan-Sep) sebesar 7,9 miliar US$, dengan pertumbuhan ekspor 5,5%, nilai ekspor produk hasil hutan dalam periode yang sama sebesar 6,6 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar
14,1% dan nilai ekspor elektronika sebesar 6,1 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 5,6%.

REALISASI EKSPOR NON MIGAS

10 KOMODITI UTAMA TAHUN 2007 DAN 2008


Realisasi 2007 & 2008 (Miliar US$) Pertumb 2007 & 2008 (%)

Kalau dilihat dari segi volumenya, pertumbuhan ekspor 10 komoditi utama tersebut ternyata lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan nilainya, kecuali kopi. Hal ini menunjukkan bahwa harga 10 produk utama ditahun 2008 (Jan-Sep) mengalami peningkatan kecuali harga kopi yang menurun.
Beberapa pengamat memprediksikan pada 2009 akan terjadi pertumbuhan ekspor yang melemah dibandingkan tahun sebelumnya. Skenario yang dibuat Departemen Perdagangan untuk pertumbuhan ekspor pada 2009 adalah sebagai berikut :
- Tanpa adanya krisis, pertumbuhan ekspor non migas sebesar 19,0%.
- Dengan adanya krisis, tanpa dibarengi antisipasi kebijakan pemerintah pertumbuhan ekspor non migas meningkat 0,9%.
- Adanya respon kebijakan didalam negeri untuk mendorong ekspor dan investasi, pertumbuhan ekspor antara 4,3% - 8%, dengan level moderat 6%.
Kinerja Ekspor 10 Kelompok Produk Utama
Saat ini Indonesia memiliki 10 produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Pasar Utama 10 Kelompok Produk Ekspor Utama Indonesia
Sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia terkonsentrasi pada 10 negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura, China, India, Jerman, Malaysia, Belanda, Korea Selatan dan Inggris. Lebih dari 60% produk utama Indonesia diekspor ke negara-negara tersebut. Untuk beberapa produk seperti udang, kakao dan elektronik pasarnya ternyata terkonsentrasi (lebih dari 70%) di negara tersebut. Oleh karena itu, apabila terjadi goncangan di negara-negara tersebut, yang paling terkena dampaknya adalah ketiga produk tersebut.
Kemudian untuk produk yang penyebaran pasarnya relatif lebih baik (dibawah 60% pasarnya di negara tersebut) adalah produk otomotif, produk hasil hutan, alas kaki dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Oleh karena itu apabila terjadi goncangan ekonomi di negara-negara tersebut, pengaruhnya terhadap kinerja ekspor produk diperkirakan tidak akan berpengaruh besar. Diantara sepuluh produk tersebut, otomotif memiliki penyebaran pasarnya yang paling baik. Pasar otomotif.
Indonesia sekitar 35% terkonsentarsi di 10 negara tersebut, selebihnya menyebar di negara lain.
Ekspor 10 Kelompok Komoditi Potensial Indonesia
Selain kelompok komoditi utama, Indonesia memiliki 10 kelompok komoditi potensial. Meskipun pangsa ekspor kelompok komoditi potensial masih rendah (5,4% dari total non migas), kelompok produk ini didominasi oleh usaha kecil dan menengah, menyerap banyak tenaga kerja dan mengandung nilai budaya serta kreatifitas bangsa Indonesia.
Nilai total ekspor kelompok komoditi potensial Indonesia tahun 2008 (Jan –Sep) sebesar 4,6 miliar US$, meningkat sebesar 25,4 % dibandingkan tahun sebelumnya. Volume ekspor produk tersebut dalam periode yang sama sebesar 2.399,2 ribu ton, meningkat 28,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor yang lebih besar dari nilainya menunjukkan produk tersebut mengalami kecenderungan penurunan harga pada periode tersebut.
Dari 10 kelompok komoditi potensial tersebut, makanan olahan dan perhiasan memiliki nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk lainnya. Dilihat dari pertumbuhan volume ekspor yang lebih tinggi dari pertumbuhan nilainya, kedua kelompok memiliki kecenderungan penurunan harga. Kecenderungan penurunan harga paling tinggi pada kelompok perhiasan.
Realisasi Ekspor 10 Kelompok Komoditi Potensial
Kesimpulan
Ekspor Indonesia diprediksi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya Hal ini disebabkan oleh situasi perekonomian global yang kurang kondusif khususnya menurunnya harga beberapa produk di pasar internasional. Ekspor non migas Indonesia selama ini masih didominasi oleh produk industri. TPT, produk hasil hutan, elektronika, karet dan produk karet serta sawit dan produk sawit merupakan produk industri yang paling tinggi ekspornya.
Beberapa produk dari Indonesia (udang dan kakao) pasarnya terkonsentrasi (lebih dari 70%) di sepuluh negara tujuan ekspor utama, sehingga apabila terjadi goncangan di negara-negara tersebut, ketiga produk tersebut yang paling terkena dampaknya. Produk Indonesia yang penyebaran pasarnya relatif baik adalah otomotif, produk hasil hutan dan TPT.

Daerah
Sepatu Cibaduyut; Produk Dalam Negeri Kualitas Ekspor
Cibaduyut adalah sebuah kawasan yang memang sudah sangat terkenal sebagai pusat pengrajin sepatu di kota Bandung, bahkan kawasan ini dikenal sebagai pasar penjualan sepatu terpanjang di dunia. Sepatu yang di jual di kawasan ini merupakan hasil karya penduduk setempat yang konon ilmu pembuatannya merupakan warisan dari leluhur. Walaupun merupakan produk lokal, kualitas sepatu cibaduyut tidak kalah bersaing dengan sepatu-sepatu buatan luar negeri.
Kebanyakan orang Indonesia gengsi untuk memakai produk dalam negeri, mereka lebih memilih membeli produk luar negeri demi prestige. Cobalah berkunjung ke Cibaduyut, anda akan menemukan sepatu dan sandal berkualitas ekspor dengan harga yang sangat murah. Bahkan Anda dapat menemukan produk sepatu cibaduyut dengan merk luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah, pastinya produk ini bukanlah produk asli tetapi anda tidak akan dapat membedakan sepatu cibaduyut yang diberi merk luar negeri dengan produk aslinya.
Di Cibaduyut, anda bisa menemukan berbagai jenis sepatu dan sandal dengan beragam model dan ukuran untuk laki laki ataupun perempuan, untuk anak anak maupun dewasa. Anda juga bisa menemukan sepatu cibaduyut dari bahan kulit asli dengan harga yang sangat murah. Satu hal yang perlu anda ingat sewaktu berbelanja sepatu cibaduyut yaitu jangan ragu untuk menawar harga sepatu cibaduyut yang anda inginkan. Lebih banyak jumlah sepatu cibaduyut yang anda beli maka lebih murah harga yang akan anda dapat karena biasanya penjual sepatu cibaduyut memberikan harga grosir kepada pelanggan yang membeli sepatunya dalam jumlah banyak.
Cibaduyut diresmikan sebagai daerah tujuan wisata oleh pemerintah RI pada tahun 1989. Sekarang ini banyak sekali turis lokal maupun mancanegara yang datang ke Cibaduyut, bukan hanya untuk berburu sepatu dan sandal tapi juga tas dan dompet yang tersedia dalam variasi model yang cantik-cantik dan tentunya dengan kualitas yang tidak kalah bagusnya dengan produk buatan luar negeri. Untuk itu, jika Anda berkunjung ke Bandung, akan tidak lengkap bila belum membeli sepatu, sandal ataupun dompet dan tas cibaduyut. Dengan membeli produk cibaduyut, anda telah membantu perekonomian bangsa dan industri kecil. Mari cintai produk Indonesia!
Mendag: Sepatu Cibaduyut Perlu Standarisasi dan Kualitas Ekspor
Minggu, 13 Feb 2011 03:56 WIB

Bandung , RIMANEWS –  Pemerintah menyatakan hasil industri sepatu di kawasan Cibaduyut Kota Bandung, memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar internasional.

"Saya yakin, ke depan industri sepatu lokal ini bisa masuk ke mana-mana termasuk ekspor," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, di Bandung, Sabtu.

Mari Elka mengatakan, jika hasil industri sepatu di Cibaduyut ingin diterima di pasar internasional maka perlu dilakukan peningkatan standarisasi dan kualitas produknya.

"Harus terus kita tingkatkan. Sehingga bisa bersaing dengan produk lain," katanya usai berkunjung ke sentra sepatu Cibaduyut, Kota Bandung.

Menurutnya, industri sepatu di Cibaduyut saat ini memang sudah berkembang pesat oleh karenanya peningkatan standarisasi kualitas dan mutu produksi penting dilakukan para pelaku industri sepatu Cibaduyut.

Akan tetapi, kata Mari Elka, peningkatan kualitas dan mutu sepatu tentunya akan menguras biaya produksi, artinya, dengan biaya produksi yang sangat tinggi secara otomatis harga jualnya pun akan tinggi.

"Menurut saya, murah belum tentu kualitasnya baik untuk bisa bertahan lama ataupun kenyamanan pakainya. Maka kami harapkan, para pelaku industri bisa meningkatkan standar kualitasnya. Tapi tentunya dengan harga yang masih bisa dijangkau masyarakat," ujarnya.

Ia menambahkan, potensi pasar sepatu lokal saat ini sangat berpeluang besar jika diiringi dengan kualitas yang sangat handal.

Pihaknya mencontohkan, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 230 juta orang berarti ada peluang pasar sebanyak itu pula, tapi ini tentunya harus dilakukan dengan kampanye menggunakan produk lokal.

"Jika kualitasnya baik, saya kira masyarakat kita akan tertarik dengan produk lokal. Ini akan terus kita kampanyekan. Bahkan, saat ini saya sudah menggagas di kantor saya untuk mewajibkan dalam seminggu sekali menggunakan sepatu produk dalam negeri," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang pelaku industri sepatu Cibaduyut, H Dede, menyatakan kalau saat ini dirinya masih kekurangan tenaga ahli yang bisa meningkatkan kualitas produksinya.

Namun disisi lain, dia meyakinkan jika bahan baku sepatu Cibaduyut sangat baik dengan khas kulitnya.

"Kalau persoalan bahan kita memang selalu menggunakan kulit bagus, tapi untuk tenaga ahli desain kita masih kekurangan. Karenanya, saya berharap pemerintah menyediakan pelatihan untuk para pekerja kita agar memiliki wawasan luas tentang cara mendesain sepatu," kata H Dede.

Dirinya berharap, pemerintah juga membuka akses masuknya hak sepatu yang memiliki kualitas bagus karena hak sepatu yang saat ini masuk mayoritas memiliki standar nomor dua.
JAKARTA: Pemerintah akan meningkatkan kapasitas dan potensi produk pelaku koperasi dan usaha kecil menengah (KUKM) yang berorientasi ekspor karena sampai saat ini masih menemui hambatan atau tantangan untuk ekspansi menuju pasar global. 

Pasar ekspor menjadi target secara khusus melalui produk yang berpotensi meningkatkan pendapatan individu, meningkatkan kesempatan/lapangan karena permintaan pasar ekspor umumnya lebih besar dibandingkan pasar domestik.

Oleh karena itu Kementerian Koperasi dan UKM melalui Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha, pada periode 2011 akan memfasilitasi pendirian dan pengembangan koperasi pemasaran/produsen sebagai ujungtombak ekspor.

Neddy Rafinaldy Halim, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM menjelaskan untuk menyukseskan agenda tersebut, 6 Deputi Bidang lain di instansi tersebut akan dilibatkan untuk mengoptimalkan pasar ekspor.

Keenam Bidang Deputi tersebut masing-masing Bidang Produksi, Pembiayaan, Kelembagaan, Pengkajian Sumberdaya, Pengembangan SDM , dan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha.
”Tujuan utama dari program sinergitas ini adalah meningkatkan nilai ekspor. Caranya, mendorong peningkatan volume produk ekspor yang dihasilkan KUKM, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk serta menumbuhkan KUKM yang mengani produk ekspor sektor riil,” ujar Neddy kepada Bisnis, hari ini.
Sesuai instruksi Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, peningkatan ekspor KUKM yang mencapai rata-rata 9% per tashun sejak periode 1998-2010, harus lebih ditingkatkan persentasenya ke posisi 20%.
Meski target ini berat, namun tujuh Deputi Bidang di Kementerian Koperasi dan UKM harus bisa menjalankan tugas dan fungsinya untuk meningkatkan volume produksi usaha KUKM maupun peningkatan persentase nilainya.

Adapun tantangan yang dihadapi KUKM untuk memperbesar volume ekspornya, masing-masing sertifikasi dan standar kualitas, skema pembiayaan bagi KUKM berorientasiu ekspor, kesiapan koperasi produsen dan pemasaran menangani komoditas ekspor, penanganan pemasaran produk ekspor, dan ketersedian bahan baku untuk ekspor.

Selain itu masih ada sedikitnya empat poin yang menjadi kendala KUKM memperbesar pangsa ekspor, yakni skala kualitas produk yang sulit dipenuhi secara individu, infrastruktur pendukung ekspor belum merata, keterbatsan kemampuan SDM dan permodalan, dan tingginya modal usaha dibandingkan demean negara kompetitor.

Menteri Perdagangan Mari Pangestu juga sudah mengkoordinasikan permasalahan yang dihadapi pengarajin sepatu Cibaduyut bersama instansi terkait, termasuk Kementerian Perindustrian, Kementerian Negara Koperasi dan UKM serta Pemda setempat. Selain mengenai tenaga kerja ahli, pelatihan, bantuan mesin, UKM sepatu di Cibaduyut Bandung ternyata juga masih harus bekerja keras untuk menciptakan inovasi desain mold dan sol. Produk sepatu Cibaduyut baru akan bisa bersaing dengan produk sepatu ekspor kalau fashionable, terutama mold dan sol.
“Yang pasti dana yang kami gulirkan untuk pengembangan UKM sebatas stimulan. Dana tersebut seharusnya bisa optimal kalau dibarengi dengan keterlibatan sektor swasta. Semuanya dikelola secara transparan, sehingga perdagangan juga tidak menimbulkan masalah. Justru yang menjadi masalah, kalau harga lapak di pasar tradisional ternyata jauh lebih mahal dibanding harga apartemen di New York. Fasilitas yang kami berikan juga harus memprioritaskan penduduk asli setempat, dan tidak membuat bingung walikota atau bupatinya. Karena bisa saja (dana UKM) menimbulkan wacana ‘siapa yang dapat’ kalau pengelolaannya tidak transparan”.

No comments:

Post a Comment